Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si adalah seorang tokoh berpengaruh di Indonesia yang telah lama memperjuangkan nilai-nilai moderasi beragama. Sebagai seorang Guru Besar yang mendalami kajian agama, ia terus mendorong prinsip moderasi dalam kehidupan beragama guna menumbuhkan perdamaian di tengah masyarakat. Fokus utamanya adalah menolak kekerasan dalam praktik keagamaan sebagai upaya untuk mendamaikan dunia. Artikel ini akan menjabarkan pandangan beliau dalam moderasi beragama serta bagaimana pendekatan ini menjadi penting dalam menangkal kekerasan dan menciptakan harmoni sosial.
Moderasi beragama mengacu pada pendekatan yang menempatkan keyakinan di jalan tengah, menghindari ekstremisme dan radikalisme yang merugikan. Dalam hal ini, Prof. Ngabalin menekankan bahwa moderasi beragama tidak hanya mengajarkan kita untuk menerima perbedaan, tetapi juga untuk hidup berdampingan dengan damai tanpa harus mengorbankan keyakinan masing-masing. Dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar, Prof. Ngabalin menyampaikan bahwa moderasi beragama adalah sikap yang harus dipegang teguh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari beragam agama dan kepercayaan.
Menolak Kekerasan dalam Praktik Keagamaan
Kekerasan yang mengatasnamakan agama adalah salah satu bentuk ekstremisme yang ingin diberantas oleh Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin. Ia percaya bahwa ajaran agama tidak pernah mengajarkan kekerasan sebagai solusi, melainkan mendorong umatnya untuk menjaga perdamaian. Dengan menolak kekerasan dalam praktik keagamaan, Prof. Ngabalin mengajak semua pihak untuk melihat agama sebagai sumber kasih sayang dan penghormatan antar umat beragama. Menurutnya, kekerasan bukanlah bagian dari moderasi beragama; sebaliknya, moderasi beragama adalah tentang menghadirkan toleransi dan pengertian. Dalam pandangannya, setiap ajaran agama memiliki inti yang sama, yaitu menciptakan kedamaian dan keharmonisan di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
Prof. Ngabalin menekankan bahwa di dalam moderasi beragama terdapat keinginan untuk menolak absolutisme dalam berkeyakinan. Ini berarti tidak memaksakan pandangan atau keyakinan pribadi kepada orang lain. Dengan kata lain, ia mengajak umat beragama untuk menolak pandangan ekstrem yang memecah belah masyarakat. Dalam konteks ini, moderasi beragama menjadi landasan untuk mengedepankan dialog dan kerjasama, serta membangun jembatan pengertian antar kelompok yang berbeda.
Lebih jauh lagi, Prof. Ngabalin mengingatkan bahwa moderasi beragama juga berkaitan erat dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyerukan agar setiap individu dan komunitas aktif dalam menyebarkan nilai-nilai moderat melalui pendidikan, dialog antar agama, dan tindakan sosial. Dengan cara ini, masyarakat dapat bersama-sama membangun lingkungan yang damai dan saling menghormati, serta mencegah munculnya kekerasan yang dapat merusak tatanan sosial. Melalui prinsip-prinsip ini, Prof. Ngabalin berupaya mewujudkan dunia yang lebih baik, di mana semua orang dapat hidup berdampingan dalam harmoni dan saling pengertian.
Baca juga: Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin: Moderasi Beragama untuk Menolak Kekerasan dalam Praktik Keagamaan
Kontribusi Moderasi Beragama dalam Mendamaikan Dunia
Konsep moderasi beragama yang diusung oleh Prof. Ngabalin tidak hanya relevan di Indonesia, tetapi juga di tingkat global. Dalam pidatonya, ia mencatat bahwa moderasi beragama dapat mengurangi konflik antaragama yang sering terjadi karena kurangnya pemahaman dan sikap toleransi. Menurutnya, masyarakat yang moderat dalam beragama cenderung mendukung dialog dan kolaborasi untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis. Prof. Ngabalin juga menyebut bahwa moderasi beragama adalah jalan bagi umat manusia untuk menghindari konflik berkepanjangan yang disebabkan oleh perbedaan keyakinan.
Bagi Prof. Ngabalin, mendamaikan dunia melalui moderasi beragama adalah sebuah misi yang membutuhkan dedikasi. Seperti yang ia ungkapkan, “Saya ingin terus berbuat dan berkarya untuk melayani setiap orang yang membutuhkan waktu, pikiran, dan tenaga saya, agar banyak orang memahami makna dan praktik moderasi beragama.” Dengan pendekatan yang penuh kasih, Prof. Ngabalin mengajak seluruh masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menolak kekerasan dalam beragama dan menjadikan moderasi sebagai pegangan dalam hidup beragama.
Prinsip-Prinsip Moderasi Beragama Menurut Prof. Ngabalin
Dalam menerapkan moderasi beragama, Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si menekankan beberapa prinsip yang dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk mencapai perdamaian dunia. Salah satu prinsip yang ia tekankan adalah pentingnya pendidikan sejak dini. Ia percaya bahwa prinsip moderasi beragama harus dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan agar anak-anak dapat memahami pentingnya toleransi sejak usia dini. Pendidikan ini diharapkan dapat melahirkan generasi yang menghargai perbedaan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang peka terhadap kebutuhan dan pandangan orang lain, sekaligus berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang harmonis.
Selanjutnya, dialog antaragama menjadi salah satu cara efektif untuk menumbuhkan rasa saling menghormati. Prof. Ngabalin aktif dalam kegiatan dialog lintas agama untuk mendorong pemikiran kritis dan menghormati beragam keyakinan. Dengan menciptakan ruang untuk berbagi dan mendengarkan, dialog ini dapat meredakan ketegangan antar kelompok yang berbeda dan mengedepankan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dalam perdamaian.
Pemberdayaan pemimpin agama juga menjadi fokus penting dalam visi Prof. Ngabalin. Ia mengajak para pemimpin agama untuk turut serta dalam menyebarkan nilai-nilai moderasi dalam komunitas mereka. Menurutnya, tokoh agama memiliki peran penting dalam membentuk sikap dan pandangan masyarakat. Dengan bimbingan dari pemimpin agama yang moderat, masyarakat akan lebih mudah menerima pesan toleransi dan saling menghormati.
Keseimbangan pribadi adalah aspek lain yang ditekankan oleh Prof. Ngabalin. Ia mengingatkan agar umat tidak terjebak dalam pandangan ekstrem yang merugikan. Menjaga keseimbangan antara kehidupan spiritual dan kehidupan sehari-hari adalah kunci untuk menghindari potensi konflik yang disebabkan oleh pandangan yang tidak seimbang. Dengan pendekatan ini, individu dapat menjalani kehidupan yang damai dan harmonis.
Reformasi dalam agama juga merupakan bagian penting dari moderasi beragama. Prof. Ngabalin menilai bahwa moderasi saja tidak cukup tanpa adanya reformasi dalam praktik keagamaan. Reformasi ini bertujuan untuk menyegarkan kembali pemahaman agama agar sesuai dengan tuntutan zaman tanpa kehilangan esensi ajaran yang luhur. Dengan melakukan reformasi, umat beragama dapat lebih mudah beradaptasi dan menghindari ekstremisme yang dapat mengarah pada kekerasan.
Terakhir, keberanian moral dalam menghadapi ekstremisme menjadi pesan utama Prof. Ngabalin. Ia menekankan pentingnya keberanian untuk menolak ajaran yang mengarah pada kekerasan. Menurutnya, moderasi beragama membutuhkan keberanian untuk menjaga perdamaian dan mencegah perpecahan. Dalam konteks global yang penuh tantangan ini, keberanian moral menjadi landasan bagi individu dan komunitas untuk menolak segala bentuk kekerasan yang berkaitan dengan agama dan mendorong terciptanya dunia yang damai dan harmonis. Dengan menerapkan prinsip-prinsip moderasi beragama yang diajarkan oleh Prof. Ngabalin, diharapkan kita dapat membangun jembatan pengertian dan perdamaian di antara berbagai kelompok, menciptakan masyarakat yang inklusif dan harmonis dalam keberagaman.
Bagi Prof. Ngabalin, moderasi beragama memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Sebagai negara dengan berbagai agama dan suku, Indonesia rawan konflik apabila tidak ada upaya serius dalam menjaga persatuan. Moderasi beragama menjadi salah satu solusi yang dapat memperkuat rasa persatuan dengan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan. Prof. Ngabalin percaya bahwa melalui moderasi beragama, Indonesia dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana keberagaman dapat hidup harmonis.
Dalam pidato pengukuhannya, ia menekankan bahwa moderasi beragama tidak hanya menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari kontribusi Indonesia bagi perdamaian dunia. Moderasi beragama menurutnya adalah upaya nyata dalam menjalin kerja sama antarnegara, seperti yang terlihat dalam hubungan Indonesia dan Korea Selatan, yang tidak hanya terjalin dalam bidang pendidikan tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya.
Dampak Moderasi Beragama bagi Kehidupan Masyarakat
Moderasi beragama tidak hanya memberikan dampak positif dalam hal keutuhan bangsa, tetapi juga dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Dengan menurunnya konflik antaragama, masyarakat dapat menikmati rasa aman dan nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Menurut Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, salah satu tujuan utama dari moderasi beragama adalah menciptakan suasana yang damai dan harmonis. Dengan terciptanya lingkungan yang kondusif, pembangunan nasional pun dapat berjalan dengan lebih lancar. Ia percaya bahwa stabilitas ini sangat penting untuk mendukung Indonesia dalam mencapai visi menjadi bangsa yang adil, makmur, dan berdaulat.
Lebih dari itu, moderasi beragama juga berfungsi sebagai penggerak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Prof. Ngabalin menekankan bahwa sikap saling menghormati dan toleransi adalah kunci untuk membangun kerjasama dalam mewujudkan tujuan bersama. Dalam kerangka ini, masyarakat Indonesia diharapkan dapat berkolaborasi, tidak hanya dalam ranah keagamaan tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan pendidikan. Keterlibatan semua elemen masyarakat dalam kegiatan positif ini dapat mengurangi potensi konflik dan menciptakan lingkungan yang lebih produktif.
Prof. Ngabalin juga menyoroti pentingnya peran pemimpin agama dan masyarakat dalam mempromosikan nilai-nilai moderasi. Melalui pendidikan dan dialog antaragama, mereka dapat membentuk pandangan yang lebih inklusif dan menghargai perbedaan. Dengan pendekatan ini, moderasi beragama diharapkan dapat menjadi landasan bagi terciptanya iklim sosial yang saling menghargai, di mana setiap individu merasa dihargai dan aman, sehingga mendukung pertumbuhan dan kemajuan bangsa secara keseluruhan.
Menginspirasi Generasi Muda dalam Moderasi Beragama
Salah satu misi penting Prof. Ngabalin adalah menanamkan nilai-nilai moderasi beragama kepada generasi muda. Ia percaya bahwa generasi muda memiliki peran strategis dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai moderasi beragama di masa mendatang. Dalam berbagai kesempatan, Prof. Ngabalin sering kali menyampaikan pesan kepada para pemuda untuk menolak kekerasan dalam beragama dan menjadikan moderasi sebagai panduan hidup.
Generasi muda, menurut Prof. Ngabalin, adalah pilar penting yang akan mewujudkan dunia yang damai. Dengan bekal moderasi beragama, para pemuda diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mempromosikan perdamaian dan keharmonisan di tengah masyarakat.
Moderasi beragama yang diperjuangkan oleh Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk menolak kekerasan dalam praktik keagamaan dan mendamaikan dunia melalui sikap toleransi dan pemahaman. Dengan memperjuangkan prinsip-prinsip moderasi, ia berharap agar masyarakat dapat hidup dalam kedamaian dan menjadikan agama sebagai sumber inspirasi untuk perdamaian, bukan perpecahan.
Sebagai tokoh agama dan akademisi, Prof. Ngabalin terus berkomitmen untuk membangun kehidupan yang harmonis di Indonesia, serta menjadikan moderasi beragama sebagai solusi untuk menciptakan dunia yang damai. Melalui ajakan untuk menolak kekerasan, ia berharap bahwa moderasi beragama dapat menjadi jalan bagi umat manusia untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati dan menghargai.
Penulis: Christine Natalia