Penjelasan Ending Film Conclave yang Mengejutkan, Oscar 2025 Beri Penghargaan

by christine natalia
0 comment
68 / 100

Suaraunggul.com – Film Conclave garapan sutradara Edward Berger berhasil menarik perhatian pencinta film, terutama setelah memenangkan Oscar untuk kategori Skenario Adaptasi Terbaik di Academy Awards ke-97. Film ini diadaptasi dari novel karya Robert Harris dan mengangkat kisah proses pemilihan paus baru di Vatikan dengan berbagai intrik serta ketegangan yang terjadi di balik layar.

Dalam film ini, Ralph Fiennes berperan sebagai Kardinal Lawrence, dekan Dewan Kardinal yang bertanggung jawab atas jalannya konklaf setelah wafatnya Paus. Ia mendukung Kardinal Bellini (Stanley Tucci), seorang tokoh berhaluan liberal yang diharapkan mampu membawa Gereja Katolik Roma ke arah yang lebih progresif. Di sisi lain, ada Kardinal Tedesco (Sergio Castellitto) yang menganggap gereja terlalu terbuka terhadap perubahan, serta Kardinal Adeyemi (Lucian Msamati) yang memiliki pandangan konservatif ekstrem. Selain itu, Kardinal Tremblay (John Lithgow) muncul sebagai kandidat ambisius yang tampaknya lebih tertarik pada kekuasaan dibandingkan ajaran gereja.

Ketegangan meningkat dengan kehadiran Kardinal Benitez (Carlos Diehz), seorang uskup agung dari Kabul yang sebelumnya diangkat secara rahasia oleh paus terdahulu. Keberadaannya mengejutkan banyak pihak karena tidak banyak informasi yang diketahui tentang dirinya. Seiring berjalannya pemungutan suara, berbagai skandal mulai terungkap. Adeyemi kehilangan dukungan setelah diketahui pernah menjalin hubungan dengan seorang biarawati muda di masa lalu. Tremblay juga gagal karena terbukti melakukan suap demi mendapatkan suara. Dengan tersingkirnya kandidat-kandidat kuat, pilihan akhirnya mengerucut pada Tedesco dan Lawrence sendiri.

Namun, situasi semakin berubah ketika terjadi serangan teroris yang memicu perdebatan sengit dalam konklaf. Tedesco memanfaatkan momen ini untuk menyerukan perang agama, yang justru membuatnya kehilangan dukungan dari mayoritas kardinal. Sebaliknya, Benitez tampil sebagai sosok yang menenangkan dengan pidato yang mengedepankan persatuan dan keberlanjutan gereja. Kata-katanya mengubah dinamika pemilihan, hingga akhirnya ia terpilih sebagai paus baru dengan nama kepausan Innocent.

Meskipun tampak sebagai pilihan yang penuh harapan, film ini menghadirkan kejutan besar di bagian akhir. Monsignor O’Malley (Brían F. O’Byrne), asisten Lawrence, menemukan fakta mengejutkan tentang Benitez. Dalam konfrontasi pribadi, Benitez mengungkapkan bahwa meskipun ia dibesarkan sebagai laki-laki, secara biologis ia memiliki rahim dan ovarium. Identitas interseksnya menimbulkan dilema besar bagi gereja yang masih berpegang teguh pada tradisi konservatif.

Adaptasi film ini mengikuti alur novel dengan setia, tetapi memberikan penekanan lebih pada tema identitas dan perubahan di dalam gereja. Salah satu dialog kunci yang menegaskan pesan utama film ini adalah pernyataan Benitez, “Saya adalah apa yang Tuhan ciptakan,” yang mencerminkan keberanian serta penerimaan dirinya dalam menghadapi kemungkinan kontroversi di dalam gereja.

Akhir film ini menuai berbagai reaksi dari penonton. Sebagian menganggapnya sebagai penyampaian pesan yang kuat tentang keterbukaan dan modernisasi dalam gereja, sementara yang lain menilai plot twist ini sebagai sesuatu yang tidak terduga dan kontroversial. Namun, satu hal yang pasti, Conclave telah sukses menghadirkan drama politik dan religius yang mendalam serta meninggalkan pertanyaan besar tentang masa depan kepemimpinan dalam Gereja Katolik Roma.

You may also like

Leave a Comment

Berita Terkini

SuaraUnggul by Suara Unggul team